Lo Tau Nggak Sih? (2)
- 29 April 2022
- Posted by: Faizal Awindra Hadi
- Category: Inspiratif
Halo, kawula muda, lo tau nggak sih, kalau rubrik ini (rubrik ketenagakerjaan di SKH Kedaulatan Rakyat) semakin asyik? Bikin penulisnya semakin sibuk sampe “mabuk” saking banyaknya SMS masuk? Semakin banyak relasi karena pembaca memperkenalkan diri, berkomunikasi, dan berkonsultasi. Dari mahasiswa sampai pencari kerja, dari manajer sampai owner. Dari yang pinter sampai keblinger. Duilah!
Baru-baru ini, ada perusahaan dengan 30 karyawan mengadakan in-house training. Pak manajer memutuskan tanpa sertifikat. Tapi, semua karyawan pada ngebet menginginkannya. Jadilah kesepakatan bersama. Biaya sertifikat ditanggung sendiri. Akhirnya, mbak sekretaris mewakili mereka jadi penyambung lidah rakyat, eh rekan. Setelah tiba hari gajian, seminggu setelah hari pelatihan, Mbak sekretaris menyerahkan uang pembayaran sertifikat. Sambil tersipu-sipu minta maaf, menyampaikan amanat Pak Kabag Personalia bahwa pembayaran baru bisa separo karena karyawan masih punya beban beberapa potongan. Kasihan deh, lu! Akhirnya, demi alasan kemanusiaan dan tegaknya kendil karyawan, Lembaga Pelatihan SDM menghubungi Pak Kabag agar jangan menyunat gaji karyawan bulan mendatang. Alias, dibebaskan dari “pajak” dan tugas potong-memotong. Alkisah, Pak Kabag pun merasa salah tingkah, berterima kasih, dan minta maaf karena merasa gerah. Yang jadi pertanyaan adalah apakah Pak Manajer tahu yang telah terjadi dan dilakukan si Perdana Menteri, yang telah mengadakan “transaksi kredit” dengan luar negeri? Ayo tebak, siapa-siapa dari mereka yang punya mental pemenang?
Setiap SDM profesional pasti ingin sukses. Setiap manajer apalagi owner pasti ingin berhasil mencapai tujuan utama perusahaan, yaitu sukses. Tapi, sukses tidak bisa instan. Kalo instan itu namanya bejo atau beruntung. Kalau mau merenungkannya, kita pasti tahu bahwa sukses milik setiap orang, hal setiap insan entah dari golongan apa pun dan berasal dari mana pun. Tapi, yang harus disadari, sukses tidak bisa datang sendiri, harus diperjuangkan. Tetapi, mengapa sukses setiap orang berbeda? Karena tujuan hidupnya berbeda. Daya juga dan gaya serta cara yang ditempuh beda. Yang harus diingat, proses meraih sukses harus tidak bertentangan dengan nilai-nilai moral/etika dan berbagai norma atau peraturan apa pun. Untuk ini, kita perlu memiliki mental pemenang. Seperti dalam The Power of a Winner oleh Murdock atau Kiat-kiat Praktis Meraih Kesuksesan oleh E.W. Hari Murdoko. Dari Stephen Covey, Maxwell, Stanley Baldwin, M. Douglas, Mc. Ginnis, Alvin Toffler, sampai Paul Stoltz dengan Adversity Quotient-nya serta pakar-pakar lain, dapat disimpulkan bahwa untuk memiliki mental pemenangkita perlu lemandasinya dengan hal-hal berikut:
- Tujuan hidup. Bukan sekedar menjalani. Misalnya, kerja untuk nafkah, nikah untuk memenuhi kewajiban dan harapan orangtua. Tapi, tahu hasi akhir yang akan kita peroleh (ingat Seven Habits-nya Covey!).
- Bangun citra diri positif dalam mengenali kelebihan dan kekurangan serta mengakui kelemahan yang akan menghancurkan kita bila tidak diperbaiki.
- Berani memulai atau mencoba dan menanggung risiko. Walau gagal siap memperbaiki (ingat Thomas A. Edison!).
- Pantang menyerah (Never Give Up-nya Winston Chruchill). Mengubah strategi (Ingat SWOT), meningkatkan potensi diri, tetap optimis sampai tujuan tercapai dalam karir, bisnis maupun perang.
- Mengalir bersama perubahan dan perkembangan zaman. Tidak menghindar atau keras kepala menentang pembaruan yang bertujuan menuju kesempurnaan.
- Tidak reaktif, tapi proaktif. Tidak menunggu datangnya kesempatan atau peluang. Melainkan, mampu menciptakan peluang. Untuk ini kita perlu memotivasi diri dengan setiap saat berkata kepada diri sendiri: Aku bisa. Bersama Tuhan pasti bisa! (Jangan lupa rajin berdoa ya!) jadilah climber! Mendaki, mencoba lagi menuju puncak. Mencapai target, mencapai Sasaran! Goal! Goal!.
- Memahami orang lain. Akui kelebihannya. Lha, ini yang sulit. Tapi, kita harus belajar memahami pihak lain. Jangan dibalik.
- Memimpin diri sendiri dengan mengendalikan diri. Caranya dengan mendengar suara hati nurani dulu baru
- Menjalin Hubungan. Ciptakan Kemitraan dan kebersamaan. Mengapa? Karena kita butuh saran, bahkan kritikan. Kita butuh dorongan, bantuan, dukungan. Jadi, kita perlu ciptakan kebersamaan. Tapi, juga jaringan menuju keberhasilan.
- Syukur dan hargai. Hitung berkat yang telah diperoleh. Syukuri dan hargai semua pihak yang terlibat. Rekan, bawahan, relasi, atau pelanggan. Nah, Sederhana kan? Lo tau nggak sih?
Sumber:
Sukartono, M. 2008. Pernik-penik SDM & Dunia Kerja dari Dahsyat Sampai Mak Nyesss…. Yogyakarta : Penerbit ANDI
Asian guy photo created by cookie_studio – www.freepik.com