Apa kabar? oke banget!
- 31 January 2023
- Posted by: Faizal Awindra Hadi
- Category: Inspiratif
Usai acara syawalan di Keraton Kilen Bersama Pengurus Yayasan Kanker Indonesia, Yayasan Jantung dan Sayap Ibu, saya langsung melayat mantan anak didik saya. Sewaktu akan pulang, seorang gadis bersama ibunya menemui saya. Ia minta waktu bertemu untuk sharing tentang masalah dihadapinya.
Pada waktu yang disepakati, saya menemui gadis yang tampak sayu tanpa semangat. Ia bercerita bahwa hampir 5 tahun ia menganggur, tidak berhasil mendapat pekerjaan. Sebenarnya, tahun lalu ia berhasil diterima di suatu perusahaan kecil. Namun, baru beberapa bulan perusahaan itu terpaksa tutup dan semua karyawan terkena PHK. Beberapa bulan lalu ia juga berhasil diterima di suatu perusahaan. Tetapi, setelah 3 bulan masa percobaan dijalaninya, ia dinyatakan gagal dan tidak bisa diterima sebagai karyawan. Tidak jelas kesalahan dan kekurangannya. Ia merasa tidak melanggar tata tertib dan peraturan yang berlaku. Apakah ia dianggap tidak mampu? Kurang smart, energik, atau kurang apa, ia tidak tahu karena hanya dikatakan kurang cocok dengan kriteria yang diharapkan perusahaan. Sekarang ia putus ada dan merasa hidupnya tidak berguna, ia bertanya, apakah masih ada harapan baginya?
Saya berusaha memotivasi dan menyemangatinya. Walau saya bukan psikolog. Hanya berdasarkan pengalaman dan pengetahuan serta bacaan yang saya baca. Pengalaman hidup yang sering diwarnai kepahitan, kegagalan, tekanan serta bagaimana menghadapi dan mengatasinya. Bagaimana bisa tetap survive saat ini, sehingga dikatakan orang tetap energik dan tampak ceria di usia senja. Tidak berarti saya sudah bebas masalah. Tetapi, saya selalu menghadapi dan mengatasinya dengan keyakinan dan mengikutsertakan Tuhan dalam setiap langkah kehidupan. Kepasrahan, tetapi diikuti usaha dan daya juang.
Dalam The power of Positive Feeling, dikatakan oleh Erbe sentanu, anggota Global Spiritual Computing Research Group and Institute of Noetic Sciences, USA, Bahwa sekarang paradigma tentang positive thinking telah berubah. Kita perlu mengatur mindset kita juga. Positive Thinking telah berubah menjadi positive feeling. Dikatakannya, sudah saatnya kita menggeser fokus pengembangan diri dari proses yang berbasis intelejensi pikiran dan kinerja otak menuju yang lebih berbasis intelejensi hati dan kinerja jantung.
Sebuah proses pengembangan diri menggabungkan kekuatan sains dan motivasi ketuhanan (spiritual). Kita perlu mengikuti pergeseran paradigma atau transformasi kuantum di bidang pengembangan potensi diri. Beralih dari positive thinking menuju positive feeling dan dari metode goal setting yang memberatkan kepala menuju era goal praying yang lebih menyejukkan hati. Proses positive thinking dan goal setting biasanya hanya mengandalkan kekuatan diri yang berupa force untuk meraih future sukses. Sedangkan, positive feeling dan goal praying mengandalkan kekuatan diri plus kekuatan Tuhan yang menghasilkan power untuk menciptakan sukses mulai saat ini juga!
Selanjutnya dikatakan, pentingnya kuantum ikhlas, keterampilan yang bisa dipelajari dari dilatih untuk setiap orang. Komponen ikhlas terdiri dari sikap pasrah, syukur, sabar, fokus, tenang, dan bahagia (damai di hati). Sering dianggap sebagai sikap lemah atau mudah menyerah. Hal ini benar bila diikuti sikap pasif yang tidak melakukan sesuatu untuk mengubah nasib. Oleh sebab itu, dalam kepasrahan kita perlu tetap berusaha dengan kekuatan Tuhan. Dengan iman/keyakinan bahwa jika Tuhan berkenan, kita pasti akan berhasil mengatasi semua tantangan. Mencari terobosan, disertai ketekunan dan pantang menyerah. Yakin bahwa Tuhan akan selalu memenuhi kebutuhan umat-Nya dan bisa menciptakan keajaiban dalam kehidupan kita. Bila berhasil, kita akan mampu menjawab ‘apa kabar’ dengan penuh semangat dan optimisme. Kita sambut ‘apa kabar?’ dengan ‘Oke banget!’
Sumber:
Sukartono, M. 2008. Pernik-penik SDM & Dunia Kerja dari Dahsyat Sampai Mak Nyesss…. Yogyakarta : Penerbit ANDI
Woman photo created by benzoix – www.freepik.com