Lingkungan keluarga idealnya menjadi tempat harapan yang paling nyaman dan aman untuk pribadi seorang anak. Namun tidak dapat dipungkiri bahwa di setiap keluarga selalu memiliki permasalahannya masing-masing, terutama masalah itu ada kaitannya dengan hubungan antara anak dan orang tua.

Kebanyakan seorang anak selalu berpikir bahwa mereka harus menyenangkan hati atau selalu tunduk dengan orang tua mereka. Jika seorang anak menentang orang tuanya, sering kali akan menjadi suatu pertikaian atau bahkan langsung dicap sebagai anak durhaka di lingkungan keluarga.

Atau sebaliknya, ketika orang tua merasa tidak setuju atau bertentangan dengan pendapat sang anak, maka seorang anak tersebut langsung memberikan penilaian maupun perkataan negatif ke orang tua mereka. Hal tersebut berdampak pada perasaan bingung hingga merasa serba salah pada sebagian besar anak dalam menghadapi orang tuanya.

Lalu Bagaimana Sebaiknya Seorang Anak Harus Menghadapi Orang Tuanya?

Ternyata, ada jenis komunikasi yang membuat seorang anak mampu berbicara langsung dan terbuka dengan orang tua mereka secara efektif tanpa harus menjadi anak yang pasif dan agresif yakni, jenis komunikasi asertif.

Apa Itu Komunikasi Asertif?

Menurut MacNeilage dan Adams, komunikasi asertif adalah salah satu bentuk tingkah laku interpersonal yang terdiri dari komunikasi secara langsung, terbuka dan jujur yang menunjukkan pertimbangan dan penghormatan terhadap orang lain, termasuk ke orang tua.

Apa Saja Tips Komunikasi Asertif Yang Bisa Dilakukan Seorang Anak?

• Pilih waktu dan tempat yang tepat

Diskusikan masalah dengan orang tua di waktu luang dan tempat yang kondusif, pribadi, dan netral. Sebagai seorang anak kita juga perlu untuk memilih waktu yang tepat ketika ingin menyampaikan suatu hal yang serius kepada orang tua. Pastikan bahwa mereka tidak dalam kondisi sibuk dan sulit untuk berfokus pada apa yang akan kamu sampaikan.

• Bersikap langsung dan spesifik

Sampaikan pendapat yang baik dengan berterus-terang dan sejelas-jelasnya.

• Ucapkan “aku”, bukan “kita” atau “kamu”

Jangan katakan, “Kita tuh sebagai anak butuh fasilitas yang lebih dari ini…”, tetapi katakan, “Aku merasa butuh mendapatkan fasilitas ini karena…” atau “Jujur, aku merasa sedih apabila mama/papa…”

• Gunakan bahasa tubuh untuk menekankan kata-kata

Saat berkomunikasi dengan orang tua bahasa tubuh juga penting untuk menunjukkan bahwa kamu bersungguh-sungguh dan tidak hanya sekedar merespons seadanya.

• Konfirmasikan permintaan

Mengingatkan lagi kepada orang tua tentang hal-hal spesifik yang sudah disepakati bersama, hal ini penting untuk mengurangi kesalahpahaman karena terkadang sibuknya rutinitas ataupun pekerjaan orang tua kerap kali membuat fokus mereka menjadi teralihkan dan lupa akan janji yang pernah dibuat.

• Bagikan pengalaman dan pendapat

Menceritakan suatu pencapaian atau pengalaman berharga kepada orang tua adalah hal yang bagus, selain untuk membangun kedekatan hal tersebut juga akan membantu orang tua untuk lebih memahami duniamu dan apa yang sedang kamu kerjakan di luar sepengetahuan mereka.

• Belajar menerima kata-kata yang baik.

Mulai biasakan untuk merespons dengan baik setiap nasihat ataupun pujian yang diberikan orang tua, seperti mengucapkan “Terima kasih” setiap mereka selesai berbicara. Hal ini akan membuat mereka merasa didengarkan dan dihargai sebagai orang tua.

• Jangan terlalu menilai apa yang orang tua lakukan

Ketika ingin menyampaikan keluh kesah kepada orang tua, pastikan bahwa fokus utama yang ingin disampaikan adalah perasaan tidak nyaman yang tengah kamu rasakan, bukan pada perilaku mereka yang menurutmu salah. Misalnya: “Mama/Papa gak ngertiin aku banget sih?” menjadi “Tolong jangan bicara seperti itu padaku, Ma/Pa”.
Dengan cara tersebut orang tua akan lebih mudah untuk menerima karena mereka tidak merasa disudutkan, melainkan permohonan dari anaknya yang merasa tidak nyaman atas perilaku yang mereka lakukan.

• Nyatakan apa yang diinginkan

Jika keadaan dan situasi memungkinkan, sampaikan saran yang bisa kamu berikan dengan kalimat yang sopan dan tidak terkesan menggurui agar mereka tidak tersinggung. Misalnya: “Aku pikir kita perlu duduk dan memikirkan bersama solusi agar masalah ini tidak terjadi lagi”.

• Mulailah perlahan

Pastikan kamu dalam kondisi tenang dan mulai sampaikan apa yang kamu rasakan secara terus-terang dengan kalimat sederhana yang mudah dipahami. Jarak usia yang jauh seringkali membuat orang tua kesulitan memahami diksi atau kalimat kamu gunakan. Mulailah dengan menanyakan ketersediaan mereka terlebih dahulu, misalnya: “Mah/Pah, sibuk nggak? Aku mau cerita”, Dan jangan lupa tutup dengan kalimat permintaan maaf, seperti: “Maaf ya Mah/Pah kalo apa yang aku katakan tadi membuat Mama/Papah kurang nyaman”. Hal ini untuk memastikan bahwa apa yang telah kamu sampaikan tidak bermaksud untuk menyinggung mereka.

Kesimpulan

Ingat! Hubungan sehebat apa pun akan musnah, kalau komunikasi di dalamnya sudah binasa. Jadi, marilah kita senantiasa terus memperbaiki diri dalam berhubungan sosial di dunia, terutama berkomunikasi asertif dengan orang tua yang sejatinya mereka adalah tempat kita berpulang atau rumah kita.

Selain cara-cara di atas, kita juga bisa mengikuti pelatihan dan pengembangan SDM. Salah satu pelatihan yang disarankan untuk membantu dalam mencapai tujuan ialah Achievement Motivation Training (AMT) yang diadakan oleh Quantum Edukasindo Paradigma. Selain itu, Quantum Edukasindo Paradigma juga menyediakan berbagai layanan psikologis yang membantu untuk mengembangkan dan mengenali potensi diri, seperti tes IQ online, tes minat dan bakat, tes kepribadian, dan coach career.